Beberapapupuk yang direkomendasikan oleh menggunakan beberapa pupuk penyubur tanaman bawang diantaranya adalah 1. Obat Penyubur Tanaman Bawang Gromitan Produk gromitan dengan kandungan kombinasi alami dengan hormon mempercepat pertumbuhan lengkap. Anda bisa mendapatkan pupuk gromitan di Tokopedia Utamatani atau Bisatani. 2. Dosispupuk untuk tanaman bawang merah 2.000 kg Petroganik, 800 kg PHONSKA dan 400 kg ZA per ha. Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram agam gembur dan umbi bibit tidak luka saat ditanam. Kebutuhan umbi bibit 800 - 1000 kg per ha. Umbi bibit sudah didormansi selama 3-4 bulan, dengan tanda dibelah sudah nampak bakal tunas yang berwarna hijau. Pupukkalsium banyak dipakai untuk menetralkan kadar pH tanah. Selain itu manfaat kalsium ialah untuk menekan pertumbuhan jamur patogen, meransang pembentukan akar dan memperkuat organ tanaman. Kalsium akan membantu proses penyerbukan sekaligus mencegah kerontokan bunga dan buah. Bima(suarantb.com) - Pupuk Kaltim (Persero) Minggu 10 Maret resmi memulai demplot untuk bawang merah di Kabupaten Bima. Demplot pertama dibuat di Indonesia oleh BUMN ini. Pupuk Kaltim ingin melanjutkan suksesi mendampingi petani meningkatkan produksi seperti yang dilakukan untuk petani bawang putih di Sembalun, Lombok Timur. Demplot ditandai dengan penanaman secara simbolis bibit bawang merah AGRICA 10 (1) : 8 - 16(2017) ©Fakultas Pertanian Universitas Flores ISSN : 1979-0368 Ende NTT - Indonesia 8 PENGARUH PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TUMPANG SARI CABAI (Capsicum annum L.) DAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) Josina I.B.Hutubessy robbi laa tadzarni fardan wa anta khoirul waaritsin. Shallots is one of the important commodities in Indonesia. Demand for these commodities always increases along with population growth. To fulfill this demand, the production of shallots must always be increased. One way to increase the production of shallots is by fertilizing. This study aims to determine the dosage of NPK fertilizer which gives the best results for the growth and yield of shallots. The study was carried out in Sentani District, Papua Province, from November 2016 until March study used the Randomized Complete Block Design RCBD with three treatments NPK Phonska fertilization NPK 15-15-15 composition and four repplication. NPK fertilizer used were 1 NPK 300 kg/ha, 2 250 kg/ha, and 3 200 kg/ha. The meterials used were shaloot bulbs Keta Monca cultivar. The plot size was 1 x 5 m, with a spacing of 15 x 15 cm. NPK fertilizer was given at the age of 14 and 30 days after planting respectively with the dose of ½. The variables observed were plant height, leaf number, bulbs number per sample, diameter of bulbs, dry weight bulb per hectare The results showed that the treatment of NPK fertilizer dosage did not give a significant effect on almost all observation variables except on the dry weight of eskip bulb, where the treatment dose of 200 kg/ha NPK fertilizer gave the highest yield compared to other treatments. When observed from the growth components and production components, the dose of NPK fertilizer 200 kg/ha is the most consistent to provide better growth and yield. Figures - uploaded by Rohimah Handayani Sri LestariAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Rohimah Handayani Sri LestariContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH, KABUPATEN JAYAPURA, PAPUA Effect Of NPK Fertilizer Dosage On Growth And Yield Of Shallot, District Jayapura, Papua Rohimah Lestari dan Fransiskus Palobo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Papua Jl. Yahim Sentani – Jayapura Telp.0967 592179 faks. 591235. E-mail rohimahhsl Article Submitted 03-04-2019 Article Accepted 06-05-2019 ABSTRACT Shallots is one of the important commodities in Indonesia. Demand for these commodities always increases along with population growth. To fulfill this demand, the production of shallots must always be increased. One way to increase the production of shallots is by fertilizing. This study aims to determine the dosage of NPK fertilizer which gives the best results for the growth and yield of shallots. The study was carried out in Sentani District, Papua Province, from November 2016 until March study used the Randomized Complete Block Design RCBD with three treatments NPK Phonska fertilization NPK 15-15-15 composition and four repplication. NPK fertilizer used were 1 NPK 300 kg/ha, 2 250 kg/ha, and 3 200 kg/ha. The meterials used were shaloot bulbs Keta Monca cultivar. The plot size was 1 x 5 m, with a spacing of 15 x 15 cm. NPK fertilizer was given at the age of 14 and 30 days after planting respectively with the dose of ½. The variables observed were plant height, leaf number, bulbs number per sample, diameter of bulbs, dry weight bulb per hectare The results showed that the treatment of NPK fertilizer dosage did not give a significant effect on almost all observation variables except on the dry weight of eskip bulb, where the treatment dose of 200 kg/ha NPK fertilizer gave the highest yield compared to other treatments. When observed from the growth components and production components, the dose of NPK fertilizer 200 kg/ha is the most consistent to provide better growth and yield. Key words shallot, dosage, fertilizer, NPK. PENDAHULUAN Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Komoditas ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan masakan, selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan, memiliki banyak vitamin dan berperan sebagai aktivator enzim di dalam tubuh. Napitupulu et al, 2010; Jurgiel dan Janina, 2008; Sufyati et al, 2006. Permintaan komoditas ini selalu meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka produksi bawang merah harus selalu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah pemupukan. Teknologi pemupukan merupakan salah satu faktor penentu di dalam meningkatkan produksi tanaman Putra, 2012. Daya adaptasi bawang merah termasuk luas karena dapat tumbuh dan menghasilkan umbi di dataran rendah hingga dataran tinggi. Keragaman tanah dan lingkungan yang ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 cukup tinggi di Indonesia menyebabkan kebutuhan hara NPK berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Untuk menentukan kebutuhan hara NPK spesifik lokasi secara tepat pada bawang merah maka perlu diuji lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang optimum. Pada umumnya bawang merah banyak diusahakan di dataran rendah pada jenis tanah Alluvial 71%, sedangkan di dataran medium pada jenis tanah Latosol 16%, dan di dataran tinggi pada jenis tanah Andisol atau asosiasi Andisol-Latosol 13%. Sumarni et al, 2012. Tanaman perlu input pupuk NPK sebagai sumber energi untuk proses pertumbuhannya Gardner et al. 1985. Unsur N, P, dan K merupakan faktor penting dan harus selalu tersedia bagi tanaman, karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman Nurtika & Sumarni 1992. Nitrogen sebagai pembangun asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil Sumiati 1989. Fosfor sebagai pembangun asam nukleat, fosfolipid, bioenzim, protein, senyawa metabolik, dan merupakan bagian dari ATP yang penting dalam transfer energi Sumiati 1983. Kalium mengatur keseimbangan ion-ion dalam sel, yang berfungsi dalam pengaturan berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan translokasinya, sintetik protein berperan dalam proses respirasi dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit Hilman & Noordiyati 1988. Aplikasi pupuk NPK dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu bisa dengan menggunakan pupuk tunggal maupun pupuk majemuk. Penggunaan pupuk majemuk dapat menutup kekurangan pupuk tunggal. Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu mengandung lebih dari satu jenis hara, lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasinya di lapangan. Keuntungan lain dari penggunaan pupuk majemuk tersebut adalah lebih homogen dalam penyebaran pupuk Vidya et al, 2016. Pupuk NPK nitrogen phosphate kalium merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur hara N, P, K dan banyak dijual di kios pertanian saat ini adalah pupuk Phonska. Pupuk Phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara primer N, P dan K dengan komposisi NPK 15-15-15 mengandung 15% N, 15% P205 dan 15% K20. Keberadaan pupuk majemuk ini bisa menjadi salah satu alternatif di tengah kelangkaan pupuk SP36 yang terjadi akhir-akhir ini dan mahalnya pupuk Kalium ditingkat petani. Penggunaan pupuk NPK Phonska 250 kg/ha+2,5 ton /ha pupuk organik Petroganik dapat meningkatkan hasil umbi segar per tanaman dan hasil umbi kering pertanaman Suwandi et al. 2015 Agar tercapai efisiensi dalam penggunaannya, maka penggunaan pupuk NPK perlu diuji di lapang untuk mendapatkan dosis yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dosis yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari-April 2017 di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktor tunggal dengan tiga perlakuan dosis pemupukan NPK Phonska komposisi NPK 15-15-15 yaitu 1 NPK 300 kg/ha, 2 250 kg/ha, dan 3 200 kg/ha. Semua perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Varietas bawang merah yang digunakan adalah varietas Keta Monca. Ukuran petak percobaan masing-masing perlakuan adalah 1 x 5 m, dengan jarak tanam 15 x 15 cm. Pemupukan dilakukan pada umur 14 dan 30 hari setelah tanam HST masing-masing setengah dosis perlakuan. Peubah yang diamati adalah komponen pertumbuhan dan produksi yaitu ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 tinggi tanaman cm, jumlah daun, jumlah umbi, diameter umbi cm, bobot umbi/tanaman g, bobot kering eskip per hektar t/ha. Data hasil kajian dianalisis dengan sidik ragam, jika hasil analisis ragam berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan DMRT pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Wilayah dan Iklim Menurut data BPS Kabupaten Jayapura 2018, Kabupaten Jayapura yang terdiri dari 19 distrik terletak diantara 1390-1400Bujur Timur dan diantara 20-30Lintang Selatan. Distrik Kaureh dengan luas Km2merupakan distrik terluas di Kabupaten Jayapura atau sekitar 24,88 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Jayapura dan distrik Sentani Barat merupakan distrik yang luasnya terkecil dengan luas sekitar 129,2 Km2atau sekitar 0,74 persen dari luas Kabupaten Jayapura. Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Sedangkan kondisi iklimnya terbilang ekstrim karena sering berubah-rubah. Besarnya curah hujan mempengaruhi kadar air tanah, aerasi tanah dan kelembaban udara. Gambaran rataan kisaran curah hujan dan hari hujan tertera pada Gambar 1. Gambar 1. Kisaran curah hujan dan hari hujan Kabupaten Jayapura Tahun 2017. Sumber Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura, 2018 Selama pelaksanaan penelitian dari bulan Februari sampai dengan April, curah hujan berkisar antara 59-202 mm/bulan dan jumlah hari hujan 17-18 hari. Sedangkan suhu berkisar antara 24,9-32,40C. Kondisi iklim tersebut menunjukkan bahwa bawang merah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di lokasi penelitian. Menurut Balitsa 2010, suhu lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal bawang merah pada suhu 25-350C dengan curah hujan antara 300-2500 mm/tahun. Komponen Pertumbuhan Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan pada saat 30 HST dan saat panen. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator untuk pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diberikan. Menurut Sitompul dan Guritno 1995, tinggi tanaman 23820259172123 13222417222112116519218 17 172214182312 14192226050100150200250051015202530Curah Hujan mm Hari Hujan ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 merupakan parameter yang paling mudah dilihat. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman 30 HST dan saat panen terhadap perlakuan dosis NPK dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap tinggi tanaman cm pada umur 30 HST dan saat panen Perlakuan 30 hst cm Saat panen cm NPK 200 a a NPK 300 a a KK% Keterangan Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5% Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan dosis NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman bawang merah. Tinggi tanaman pada 30 HST dan saat panen memiliki tinggi yang hampir sama. Rata-rata tinggi tanaman varietas ini tidak terlalu tinggi yaitu 26,69 cm, hal ini sesuai dengan deskripsinya yaitu berkisar antara 25-44 cm. Selain tinggi tanaman, jumlah daun juga merupakan parameter pertumbuhan tanaman yang penting untuk diamati, karena daun merupakan organ tanaman untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya matahari melalui proses fotosintesis, dimana hasil dari proses tersebut sebagai sumber penghasil makanan yang digunakan untuk pertumbuhan. Sitompul dan Guritno 1995, menyatakan bahwa pengamatan daun sangat diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman. Peningkatan jumlah daun dapat meningkatkan luas daun sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Tabel 2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Jumlah Daun pada Umur 30 HST dan Saat Panen Perlakuan 30 hst cm Saat panen cm NPK 200 3,46 a 9,08 a NPK 250 3,00 a 7,75 a NPK 300 2,88 a 8,08 a KK% 16,96 8,43 a Keterangan Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5% Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun tidak dipengaruhi secara nyata oleh dosis pemupukan. Secara statistik, semua perlakuan mempunyai jumlah daun yang sama banyak, namun berdasarkan nilai rata-ratanya perlakuan dosis pupuk NPK 200 kg/ha mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding perlakuan pemupukan lainnya baik itu pada umur 30 hst maupun saat panen. Jumlah daun yang lebih banyak secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil tanaman bawang merah. Terlihat dari umbi yang dihasilkan pada perlakuan tersebut memiliki bobot kering umbi eskip paling tinggi dibanding perlakuan lainnya Tabel 3. ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 Komponen Produksi Bobot kering umbi eskip dipengaruhi oleh beberapa komponen hasil yaitu jumlah umbi, diameter umbi dan bobot umbi per rumpun. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan jumlah umbi, diameter umbi dan bobot umbi per rumpun namun berpengaruh nyata pada bobot kering umbi eskip Tabel 3. Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Jumlah Umbi per Rumpun, Diameter Umbi cm, Bobot Umbi/Rumpun g, dan bobot kering umbi eskip t/ha Perlakuan Jumlah umbi/rumpunDiameter umbi cm Bobot umbi /rumpun g Bobot kering umbi eskip t/ha NPK 250 a a a b NPK 300 a a a b KK% Keterangan Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5% Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah umbi bawang merah pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Namun jika dilihat dari nilai rata-ratanya terlihat bahwa perlakuan dosis NPK 300 kg/ha memiliki jumlah umbi per rumpun yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu 8,12. Namun jumlah umbi yang lebih banyak tidak menyebabkan meningkatnya bobot kering jemur umbi. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan bahwa jumlah umbi per rumpun berhubungan dengan produksi umbi di mana semakin banyak umbi per rumpun maka semakin tinggi produksinya, justru perlakuan dosis 200 kg/ha yang memberikan bobot kering jemur paling tinggi dibanding perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK 250 dan dosis pupuk 300 kg/ha mempunyai bobot kering umbi eskip yang tidak berbeda nyata. Tingginya bobot kering umbi eskip pada perlakuan dosis 200 kg/ha karena didukung rata-rata diameter umbi dan bobot umbi per rumpun yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Secara umum perlakuan pemupukan dosis NPK 200 kg/ha memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Terlihat dari komponen pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari perlakuan dosis pupuk NPK 250 kg/ha dan 300 kg/ha Tabel 1, 2 dan 3. Hal ini mengindikasikan bahwa dosis 200 kg/ ha merupakan dosis yang tepat untuk tanaman bawang merah. Karena unsur hara N, P, dan K tersedia dalam jumlah yang cukup untuk tanaman. Suatu tanaman dapat tumbuh subur apabila scgala elemcn yang dibutuhkan bcrada dalam keadaan cukup dan sesuai untuk diserap tanaman. Kekurangan hara N dapat membatasi pembelahan dan pembesaran sel Sumiati & Gunawan 2007 serta pembentukan klorofil sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan daunnya kekuningan Nurhayati et al. 1986. Defisiensi P menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman lambat, lemah, dan kerdil Suwandi et al. 2015, sedangkan kekurangan unsur K akan menghambat proses-proses penting seperti transportasi gula dari daun ke umbi, aktivitas enzim, sintesis protein, dan pembesaran sel, yang pada akhirnya akan menentukan hasil dan kualitas hasil William & Kafkafi ,1998 KESIMPULAN Perlakuan pemberian dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata di hampir semua variabel pengamatan kecuali pada bobot kering umbi eskip, ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 dimana perlakuan dosis pupuk NPK 200 kg/ha memberikan hasil yang paling tinggi dibanding perlakuan lainnya. Bila diperhatikan dari komponen pertumbuhan maupun komponen produksi, dosis pupuk NPK 200 kg/ha paling konsisten memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Balitsa. 2010. Budidaya Bawang Merah. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura. BMKG. 2018. Data Curah Hujan Kabupaten Jayapura. Jayapura Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1985. Physiology Of Crop Plants. The Iowa State University Press. Ames, Iowa 50010. USA. p. 82-84 Hilman, Y dan I. Noordiyati. 1988. Pengujian Pemupukan P Dan K Berimbang Pada Tanaman Bawang Putih Di Tanah Sawah. Bul. Penel. Hort. 161 48-54. Jurgiel, G. and S. Janina. 2008. The Effect Of Nitrogen Fertilization On Content Of Microelements In Selected Onions. J. Elementol. 132 227-234 Napitupulu, D dan L. Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N Dan K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah. J. Hort. 201 27-35 Nurhayati., H. Nyapa., Lubis., Nugroho., Diha., Hong & Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Penerbit Universitas Lampung 212-302 pp Nurtika, N dan N. Sumarni. 1992. Pengaruh Sumber, Dosis Dan Waktu Aplikasi Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tomat. Bul Penel. Hort. 22 1 96-101. Putra, S. 2012. Pengaruh Pupuk NPK Tunggal, Majemuk, Dan Pupuk Daun Terhadap Peningkatan Produksi Padi Gogo Varietas Situ Patenggang. Jurnal Agrotrop. 21 55-61 Vidya., Suparman dan Karjo. 2016. Kajian Pupuk Majemuk PK Terhadap Produksi Bawang Merah Di Lahan Berpasir Dataran Rendah. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 890-895. Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. 412 pp Sufyati, Y., S. Imran dan Fikrinda. 2006. Pengaruh Ukuran Fisik Dan Jumlah Umbi Per Lubang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah Allium ascalonicum L.. 2 43 -54 Sumarni, N., R. Rosliani, dan Basuki. 2012. Respons Pertumbuhan, Hasil Umbi, Dan Serapan Hara NPK Tanaman Bawang Merah Terhadap Berbagai Dosis Pemupukan NPK Pada Tanah Alluvial. J. Hort. 224 366-375 Sumiati, E .1983. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Dan Pupuk Daun, Biokimia Terhadap Hasil Tanaman Tomat Lysopersicum Esculentum Mill L.. Bul. Penel. Hort. 103 21-27. Sumiati, E. 1989. Pengaruh Mulsa Jerami, Naungan Dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Hasil Buah Tomat Kultivar Berlian. Bul. Penel. 18-31. ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 Sumiati, E dan Gunawan. 2007. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Untuk Meningkatkan Serapan Unsur Hara NPK Serta Pengaruhnya Terhadap Hasil Dan Kualitas Hasil Bawang Merah. J. Hort. 171 34-42. Suwandi., Sopha dan M. P. Yufdy. 2015. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, Dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah. J. Hort. 25 3 208-221 William, L and U. Kafkafi. 1998. Intake And Translocation Of Potassium And Phosphate By Tomatoes By Late Spray Of KH2PO4 MKP’, NRC. Cairo Egypt, Proceeding of symposium of fertilization. Atechnique to improve production and decrease pollutan. ... Selain itu, jika dilihat dari kandungan K tersedia tanah pada analisis dasar tanah menunjukkan hasil yang rendah yaitu 0,14. Berdasarkan hal tersebut, pada lokasi penelitian tergolong kurang baik untuk dilakukan penanaman karena unsur N, P dan K merupakan faktor penting karena digunakan sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan tanaman Rohimah, 2019 sehingga perlu dilakukan pemberian pupuk untuk membantu ketersediaan hara tanah dalam menunjang peningkatan dalam produksi tanaman. ...Onion has become one of the popular horticulture commodities in Indonesia due to the crop having several benefits. Consequently, the demand for onions in Indonesia increases annually. In contrast, the supply of onion fluctuates because of unstable onion production. One of the factors that affect unstable onion production is soil fertility degradation. Therefore, the study aimed to analyze the effect of different doses of inorganic fertilizer compounds on the chemical properties of soil, plant growth and production. The field research was conducted in the experimental land of the Faculty of Agriculture, Brawijaya University, located in Jatimulyo Village, Lowokwaru District, Malang City. This study could not detect a significant difference in fertilization doses on onion plant growth but could increase the yield and tiller numbers. The highest values of tillers number, tuber fresh weight and tuber dry weight were observed for the treatment of 50% basal fertilizer + 150% compound inorganic fertilizer and the lowest production of biomass, tillers number, wet weight, and tuber dry weight was on treatment control.... Manfaat lain dari penggunaan pupuk majemuk adalah pemupukan lebih merata Vidya et al., 2016. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang paling banyak digunakan saat ini Lestari & Palobo, 2019. ...Supandji SupandjiEdy KustianiAgus PurwantoThis study aimed to determine the effect of Phonska NPK fertilizer on the growth and production of asparagus beans Vigna sinensis L. A hypothesis is that applying Phonska NPK fertilizer at a 200 kg/ha dose is suspected to affect the growth and yield of long beans Vigna sinensis L. This research was carried out in rice fields in Gempolan Village, Gurah District, Kediri Regency, East Java Province, from November 2020 to February 2021. The study was carried out using a simple Randomized Block Design RAK experimental method, repeated three times with one factor. Phonska NPK fertilizer dosage treatment P consists of 7 levels P0 = Without Phonska NPK fertilizer. P1 = Phonska NPK administration with a dose of 50 kg hectare-. P2 = Phonska NPK administration with a dose of 100 kg hectares-1 =. P3 = Phonska NPK administration at a dose of 150 kg ha-1. P4 = Phonska NPK administration at a dose of 200 kg ha-1. P5 = Phonska NPK administration at a dose of 250 kg ha-1. P6 = Phonska NPK administration at a dose of 300 kg ha-1 . The results showed that the application of Phonska NPK fertilizer significantly affected the observations of plant height, number of leaves, number of flowers per plant, number of pods per plant, weight of consumption pods per plant, and weight of consumption pods per hectare. The highest yield was achieved at a 200 kg NPK Phonska/ha fertilizer dose for a plant height of cm. The number of leaves was pieces. Phonska NPK fertilizer treatment at a 200 kg/ha dose resulted in 20,750 flowers, 112,500 pods per plant, 616,250 grams per plant weight, and 27,385 tons per hectare production per hectare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan Phonska NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang Vigna sinensis L. Penelitian dilakukan di lahan persawahan milik petani di Desa Gempolan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. November 2020 hingga Februari 2021. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok RAK, satu faktor dan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan dosis pupuk Phonska NPK P meliputi 7 taraf, P0= kontrol, P1= pemberian NPK Phonska dengan dosis 50 kg hektar-1 , P2= pemberian NPK Phonska dengan dosis 100 kg hektar-1 , P3= pemberian NPK Phonska dengan dosis 150 kg hektar-1 , P4= pemberian NPK Phonska dengan dosis 200 kg hektar-1 , P5= pemberian NPK Phonska dengan dosis 250 kg hektar-1 , P6= pemberian NPK Phonska dengan dosis 300 kg hektar-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan NPK Phonska memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, dan jumlah polong per tanaman. Berat polong yang dapat dimakan per tanaman dan berat polong yang dapat dimakan per hektar. Hasil terbaik ditunjukkan oleh dosis pupuk 200 kg/ha untuk tinggi tanaman sebesar 237,75 cm, jumlah daun sebanyak 111,50 buah. Perlakuan dosis pupuk NPK Phonska dengan dosis 200 kg/ha menghasilkan jumlah bunga sebesar buah, jumlah polong per tanaman sebesar 112,500 buah, berat polong sebesar 616,25 gram per tanaman dan produksi tiap hektar sebesar 27,38 ton/ha.... Agar pertumbuhan dan hasil umbi bawang dayak lebih tinggi maka pertumbuhan harus cepat dan optimal. Tanaman perlu pupuk NPK sebagai sumber hara untuk proses pertumbuhannya Gardner dkk., 1985, Lestari & Palobo, 2019Rambe dkk., 2020. Aplikasi pupuk NPK dalam jumlah cukup dan berimbang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi Jaya, 1994;Purba, 2014;Al-juthery, & Al-Shami, 2019;Krestini, dkk., 2020. ...Titin Apung AtikahTatik WardiyatiEllis Nihayati Doppy Roy NendissaDayak onions Eleutherine palmifolia Merr are a potential commodity that has many health benefits, so it has a high economic value. However, this Dayak onion plant has not received much attention in cultiva¬tion technology, especially fertilization. So far, this onion has grown relying on nature, while the land has diminished its fertility. This study tested a combination of chicken manure and NPK fertilizer to obtain the optimal composition to increase the productivity of Dayak onions. This study used a factorial randomized block design with 3 replications. The first factor consists of the treatment of chicken manure O1 = control, O2 = 10 and O3 = 20 The second factor consists of NPK fertilizer K1 = control, K2 = 100 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl, K3 = 200 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl, and K4 = 300 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl. The results showed that there was an interaction effect between the composition of chicken manure and NPK on the number of leaves, fresh weight of tubers, and dry weight of tubers per clump but did not affect the growth of plant height. The yield of Dayak bulbs of g / clump was obtained in the composition of chicken manure of 20 with an NPK of 200 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl. From an economic perspective, the composition is very efficient and feasible, which is indicated by R / C> 1, namely which means that with a certain unit cost, it can get times the revenue. Muchdar SoedarjoSeperti pada tanaman lainnya, pemupukan dengan NPK, hara makro dan mikro lainnya dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang. Unsur hara mikro biasanya diberikan dalam bentuk pupuk yang diberikan melalui penyemprotan, seperti Gandasil. Kajian dilaksanakan di rumah paranet dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK dan pupuk Gandasil terhadap pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah Alfisol. Kajian menggunakan dosis pupuk NPK + ZA dan kombinasi pupuk NPK + ZA dengan Gandasil sebagai perlakuan dan masing-masing perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 kali ulangan. Data dari semua parameter pengamatan dianalisis dengan menggunakan standar deviasi SD dari 4 ulangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan diameter batang pada umur 25 hari setelah tanam HST dan 50 HST tidak dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan dengan 200 kg NPK/ha dan 400 kg ZA/ha menghasilkan bobot kering daun, bobot kering batang, diameter umbi, ketebalan umbi dan bobot basah umbi porang tertinggi. Penggunaan pupuk Gandasil melalui tanah tidak diperlukan karena tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah Alfisol. Muchdar SoedarjoSeperti pada tanaman lainnya, pemupukan dengan NPK, hara makro dan mikro lainnya dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang. Unsur hara mikro biasanya diberikan dalam bentuk pupuk yang diberikan melalui penyemprotan, seperti Gandasil. Kajian dilaksanakan di rumah paranet dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK dan pupuk Gandasil terhadap pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah Alfisol. Kajian menggunakan dosis pupuk NPK + ZA dan kombinasi pupuk NPK + ZA dengan Gandasil sebagai perlakuan dan masing-masing perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 kali ulangan. Data dari semua parameter pengamatan dianalisis dengan menggunakan standar deviasi SD dari 4 ulangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan diameter batang pada umur 25 hari setelah tanam HST dan 50 HST tidak dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan dengan 200 kg NPK/ha dan 400 kg ZA/ha menghasilkan bobot kering daun, bobot kering batang, diameter umbi, ketebalan umbi dan bobot basah umbi porang tertinggi. Penggunaan pupuk Gandasil melalui tanah tidak diperlukan karena tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah bawang merah memerlukan ketersediaan hara nitrogen N, fosfor P, dan kalium K dalam jumlah yang cukup dan berimbang di dalam tanah untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kebutuhan pupuk N, P, dan K optimum untuk dua varietas bawang merah pada jenis tanah Alluvial. Penelitian lapangan dilakukan di daerah Ciledug-Cirebon Jawa Barat, dari Bulan Juli sampai dengan Oktober 2009. Rancangan percobaan yang digunakan ialah petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama ialah varietas bawang merah, terdiri atas varietas Bima Curut dan Bangkok. Anak petak yaitu dosis pupuk N, P, dan K, terdiri atas 11 kombinasi dosis N-P2O5-K2O yang disusun secara terpusat central design. Kisaran dosis pupuk yaitu 0–270 kg/ha N, 0–180 kg/ha P2O5, dan 0–180 kg/ha K2O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman dan serapan NPK tanaman bawang merah, sedangkan hasil umbi bawang merah dipengaruhi oleh interaksi antara varietas dan dosis pupuk NPK. Dosis pupuk N, P, dan K optimum untuk varietas Bima Curut ialah 146 kg/ha N, 111 kg/ha P2O5, dan 100 kg/ha K2O dengan tingkat hasil umbi kering eskip rerata 25,77 t/ha, sedangkan dosis pupuk N, P, dan K optimum untuk varietas Bangkok ialah 248 kg/ha N, 98 kg/ha P2O5, dan 103 kg/ha K2O dengan tingkat hasil umbi kering eskip rerata 35,44 t/ha. Untuk menghasilkan hasil umbi kering eskip maksimum, varietas Bima Curut menyerap 64,26 kg/ha N, 18,03 kg/ha P2O5, dan 123,39 kg/ha K2O yang diperoleh dengan pemberian pupuk sebanyak 180 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, dan 60 kg/ha K2O, sedangkan varietas Bangkok menyerap 69,65 kg/ha N, 22,88 kg/ha P2O5, dan 149 kg/ha K2O yang diperoleh dengan pemberian pupuk sebanyak 270 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, dan 120 kg/ha K2O. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk NPK dan hasil umbi bawang merah. Shallots plants need balance of NPK nutrient supply in soil to get optimally plant growth and bulb yield. This experiment was conducted at a farmer field in Ciledug-Cirebon, West Java Province, from July until October 2009. The objective of this experiment was to find out the optimum dosage of NPK fertilizer application for two shallots varieties on Alluvial soil type. A split plot design with three replications was used. Two shallots varieties Bima Curut and Bangkok were assigned to main plot, and 11 combinations of N-P2O5-K2O dosages were assigned to subplot. The range of N, P, and K dosages were 0–270 kg/ha N, 0–180 kg/ha P2O5, and 0-180 kg/ha K2O. The results revealed that there were no interaction between varieties and NPK dosages on plant growth and NPK uptake by shallots plant. But both shallots varieties of Bima Curut and Bangkok gave different response to NPK fertilization, expressed by dry bulb yield. The optimum dosage of NPK for Bima Curut variety was146 kg/ha N, 111 kg/ha P2O5, and 100 kg/ha K2O that gave dry bulb yield of t/ha, while the optimum dosage of NPK for Bangkok variety was 248 kg/ha N, 98 kg/ha P2O5, and 103 kg/ha K2O that gave dry bulb yield of 35,44 t/ha. To get the maximum yield of dry bulb weight, Bima Curut variety absorbed kg/ha N, kg/ha P2O5, and kg/ha K2O which obtained by applying of 180 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, and 60 kg/ha K2O, while Bangkok variety absorbed kg/ha N, kg/ha P2O5, and 149 kg/ha K2O which obtained by applying of 270 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, and 120 kg/ha K2O. The results can be applied to increase the efficiency of NPK fertilizer for growing shallots on Alluvial soil type.

pupuk phonska untuk bawang merah